Free day! Diklat baru dimulai besok pagi dan saya tidak tahu harus berbuat apa hari
ini. Di daerah ini saya masih begitu buta rasanya. Dan rasanya saya ingin
menangis...
Suasana sekitar kost
ini begitu berbeda, sangat jauh berbeda dari kawasan kost pada umumnya. Kawasan
kost pada umumnya sangat berjibun warung makan, warnet, laundry, tempat fotocopy, hingga agen pulsa yang bak
jamur. Semua poin itu belum saya jumpai. Kost ini adalah hasil pencarian kedua
sepupu saya dengan susah payah. Konon kata bapak kost, ini adalah satu-satunya
kost putri di sini. Mafhum pula jika ternyata segala fasilitas umum yang biasa
ada di kawasan kost berstatus nihil. Kampus Tazkia yang sebelumnya di kawasan Dramaga
belum lama pindah ke Sentul City.
Karena sebelumnya
sudah dideskripsikan oleh sepupu tentang kondisi kost ini maka dari rumah pun
saya, ibu, dan bapak melakukan langkah preventif. :D Saya dibawakan alat penanak
nasi listrik, membawa berbagai macam obat herbal :), biskuit,
susu, panci, termos, dan beras! Juga kering tempe dan abon. Beberapa barang yang saya
bawa itu sebenarnya telah terlebih dahulu melancong ke rumah Allah. Ya,
beberapa barang itu adalah warisan dari bapak. Saat mengepack barang-barang itu pun tiba-tiba saya teringat saat mendapat
tugas mengepack barang-barang sebelum
bapak dan kakek berangkat ke tanah suci. Ya Allah, ini benar-benar mirip haji.
Serba minimalis, serba serbaguna, dan kudu kreatif. Apalagi jangka waktunya
yang sebulan sangat mirip dengan jangka waktu berhaji. Semoga, semoga, ini
adalah pemanasan sebelum menuju tanah-Mu, ya Rabb...
Dan ternyata makan
sendiri dengan menu “minimalis” bukanlah sesuatu yang dapat menentramkan hati.
Rasanya hambar di lidah. Meski saya telah mengalami masa kost selama empat
tahun tetapi di bumi dengan kultur yang berbeda ini saya malas sekali untuk
sekedar menyuapkan sesendok nasi ke mulut. Karena hal itu saya putuskan hari
Senin ini untuk berpuasa. Puasa Senin-Kamis? Atau puasa apa? Saya pun tak tahu
puasa apa ini. Saya hanya ingin agar maag
saya tidak kambuh karena saya membiarkan lambung kosong. Maka jalan yang saya
tempuh ya puasa saja. Dan seharian ini saya hanya bermalas-malasan di atas
ranjang selepas mencuci beberapa potong pakaian.
Air minum! Ah ya,
persediaan air minum. Saya belum memiliki persediaan air minum. Saya pun
mencari ibu kost untuk bertanya dimana saya bisa mendapatkan segalon air minum.
Kata ibu kost, “Oh, kalau galon baru nanti cari di Bellanova ada tapi kalau mau
isi ulang di dekat sini juga ada.” Terkejut saya, untuk mencari galon air minum
saja harus ke Bellanova –mall yang berseberangan jalan dengan kampus Tazkia.
“Tapi kalau mau isi ulang, pakai saja dulu galon ibu itu nggak apa-apa,
tanggung cuma sebulan. Ibu ada empat galon kok...” Maka sore itu satu galon air
minum telah tersedia di kamar saya. Terima kasih ibu bapak kost yang baik
sekali.
Namun saya belum bisa
bernafas lega. Saya kesepian. Saya ingin berbincang tetapi tidak tahu dengan
siapa. Saya belum memiliki teman baru. Saya ingin segera hari esok tiba. Saya
ingin segera memulai aktivitas di Kampus Tazkia. Hingga akhirnya adzan maghrib
berkumandang... Satu cangkir air madu, beberapa biskuit, dan setengah mangkuk
nasi dengan abon dan kering tempe. Juga satu tetes air mata... Homesick.
Tadi pagi, ibu
melayangkan sebuah pesan singkat:
“Baca basmallah untuk
mengawali langkah baru, selalu doa diberi kemudahan dan keberuntungan. Doa
bapak dan ibu menyertai. MAN JADDA WA JADA..”
28-Mei-2012
08:50:47
Ingin sekali air mata
menderas...