Langit gelap. Gerimis baru saja berlalu meski gemuruh masih
bersahut-sahutan di angkasa. Hembusan udara dari secuil void rumah ini membawakan segarnya aroma petrichor. Aku masih di sini. Duduk bersila di atas kursi rotan,
berteman segelas kopi herbal sembari menatap layar, menarikan jemari, mengadu
kepada entah siapa. Di sisiku, dua daun jendela kubiarkan terbuka. Alunan musik
pada playlist saudara lelakiku silih
berganti berputar lewat headset yang
kugantung di daun telinga. Ahh..membayangkan saja suasana seperti di RedBerries dekat kantor.
When you're at the end of the road
And you lost all sense of control
And your thoughts have taken their toll
When your mind breaks the spirit of your soul
And you lost all sense of control
And your thoughts have taken their toll
When your mind breaks the spirit of your soul
Your faith walks on broken glass
And the hangover doesn't pass
Nothing's ever built to last
You're in ruins
And the hangover doesn't pass
Nothing's ever built to last
You're in ruins
(Greenday, 21 Guns)
Besok hari Senin. Besok masuk kerja lagi seperti biasa. Job-list untuk hari esok sudah selesai
kukerjakan kemarin. Dan besok aku pasti akan mulai bereksperimen lagi dengan
mainan baruku: 3D Visualization. Jam kerja selesai, lalu
pulang. Hanya seperti itukah siklus hidupku sekarang? Kerja-pulang-istirahat
berulang dan berulang. Memang masih ada kartupos dan knitting yang menjadi pelampiasan lanjutan. Tapi ... ada sesuatu
yang belum membuatku puas. Hanya begitu saja?
***
Sepekan yang lalu (02/11) kantorku baru saja
menyelenggarakan outbond. Sehari
sebelum hari outbond tiba, salah satu
jajaran petinggi di kantorku bertanya kepadaku, “Besok pakai rok?” Dan aku
tetap pada pendirianku, “Iya, pakai rok. Sudah terbiasa outbond pakai rok kok.”
Why not? Di titik itu aku seperti
diuji idealismeku. Pada lingkup
pekerjaanku, aku sudah membawa perbedaan tersendiri, ketika dalam divisi
perencanaan dan produksi aku perempuan sendiri. Lalu ketika bersama dengan teman-teman
perempuan (yang memang tidak banyak) aku pun membawa perbedaan dengan “ciri
feminimku”, begitu mereka bilang: rok.
Tapi outbond itu
benar-benar membuatku “melayang”.
Ketika timku berhasil memenangkan suatu sesi permainan atau
mampu memecahkan teka-teki, dengan spontan aku berjingkrakan. Heboh. Lalu saat
tersadar, hatiku akan berkata, “Aku baru saja ngapain?” Tetapi tidak juga mampu
membendung ekspresi kegembiraanku hari itu. Benar, aku sangat bahagia hari itu.
Ketika agenda secara tiba-tiba berlanjut dengan petualangan
Lava Tour Merapi, aku diam-diam tak sabar menanti datangnya jeep. Aku seperti
tak juga lelah. Rasa lelah itu telah terlibas luapan semangat yang tiba-tiba
hadir. Hingga setelah penantian satu jam, datanglah jeep merah yang akhirnya
membawaku menerabas terjalnya sisa erupsi merapi. Namun tak puas hanya duduk di
atas jeep, aku memutuskan berdiri di atas jeep. Menikmati sensasi bergelinjangnya
jeep sepanjang dua setengah jam perjalanan. Merasakan terpaan angin gunung menjelang
senja itu. Memburu rahasia yang tersembunyi pada sisi-sisi Merapi atau gelapnya
bunker, juga licinnya pasir.
Cutout diriku di atas jeep. |
Puas!
“Keren!” ucapku pada seorang senior setelah turun dari jeep.
Feminimismeku membingkai frasa yang lain hari itu.
“Ternyata di balik
feminimismemu, begitu bertemu alam atau sesuatu yang menantang, kamu punya sisi
yang “liar” juga. Tapi nggak apa-apa, berarti kamu sosok yang kuat.” – “Ternyata
kalau berpapasan dengan lensa kamera, kamu nggak bisa berpaling ya.” – “Ayo outbond lagi; ayo ke Merapi lagi; ayo...”
Ketahuan deh yang sebenarnya! Tapi aku mendapatkan tembakan
semangat yang super.
***
Setelah itu.
Ya, setelah itu aku seperti
merasakan jiwaku yang dulu. Jiwaku yang sulit berhenti bergerak. Jiwa masa
muda, jiwa masa kuliah. Alam dan komunitas seperti sudah menyatu dalam hari-hariku.
Dan karena itu pula, mulai muncul pikiran yang sangat menghentak alam pikirku:
hanya begini saja hidupku sekarang? Monoton sekali.
Dan..sulit memang menautkan waktu
bekerja dengan aktivitas lain. Seharusnya serentetan rencana masih menunggu
untuk dihunjamkan aksi. Sayang sekali aku melewatkan perayaan Satu Dekade Forum
Indonesia Muda sepekan yang lalu. :(
Tapi, tunggu aku pada episode
yang baru. Fight!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar