|
Siluet. |
Senja itu, sepulang dari kantor saya telah berjanji untuk
menemui Sekar, aktivis di Komunitas Postcrossing Indonesia. Tempat yang ia
pilih adalah Blackbone Coffee di kawasan Jalan Kaliurang, Yogyakarta. Mengunjungi
culinary spot seperti kafe menjadi
kegembiraan tersendiri bagi saya. Bukan hanya untuk mencicipi sajiannya,
melainkan mengeksplorasi kedalaman arsitekturalnya. Setiap tempat memiliki ciri
khas masing-masing.
|
The Coffee Evolution. Welcome area dan mini bar. |
|
Salah satu sudut yang tampak sangat rustic. |
Seperti halnya warna kopi, Blackbone Coffee mengambil
beberapa warna yang mencirikan kopi yaitu hitam pada papan-papannya dan cokelat
muda pada bangku-bangkunya. Secara keseluruhan terasa sekali tema rustic-nya, termasuk pada desain daftar
menunya –yang dapat dibawa pulang dan disimpan. Menyenangkan berada di
dalamnya.
|
Daftar menu. |
Sekar bertanya, “Mengapa ya, mereka memilih desain jadul
begini?”
Juno yang juga turut hadir pun menimpali bahwa setiap style memiliki siklus. Suatu saat desain
yang dahulu pernah ada lalu surut, akan kembali menjadi tren.
Saya melongok, merasakan ruang yang tidak terlampau luas
itu. Dan sepasang mata saya kemudian tertumbuk pada pintu toilet yang terletak
di sudut. Di bawah room tag TOILET,
tertulis kecil namun terbaca cukup jelas: Have a Nice Pee. Sontak saya
memberitakan kepada dua kawan saya. Kami tersenyum sebelum melanjutkan
mengobrol, hal yang tidak lazim dalam perjalanan toiletteries kami sepertinya.
|
Toilet tag. |
Tiga cangkir Cappucino dan semangkuk Cube Cassava menjadi
teman bercakap kami sesorean menjelang malam itu. Mengenang Cube Cassava
melemparkan ingatan pada bebelas tahun yang lalu, makanan ringan semasa
kanak-kanak yang akrab dengan sebutan: balok. Bukan balok kayu atau balok es,
melainkan balok ketela mungil. Sesederhana itulah kami bertutur, balok yang
dahulu terasa begitu keras, kini lunak.
|
Setengah isi setengah kosong, Cappucino. |
|
Cappucino sudah tandas, lekas berkemas. |
Sebelum beranjak, saya izin ke toilet sejenak. Sekaligus
ingin memotret toilet tag. Di dalam
toilet saya menemukan objek menarik yang lain, semacam memo di dekat tombol flushing. Asal saja saya potret dan
keluar. Sesampai di rumah, baru saya simak baik-baik catatan-asal-potret itu.
Saya tertawa.
|
Kreatif itu mahal. |
Demikianlah. Terima kasih Sekar, terima kasih Juno untuk perjumpaannya kembali.
|
Sampai jumpa. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar