Kita sama-sama tahu bahwa bumi ini berputar sirkular,
layaknya roda yang sedang dikayuh. Dan seperti itu pula nyatanya sebuah
kehidupan. Terlahir di Yogyakarta, lalu mengarungi hidup di beberapa kota di Pulau
Jawa –Solo, Bogor, Tangerang, Jakarta. Lakon pun tidak akan pernah tertebak. Hingga
tiba saatnya aku kembali ke kota yang telah membesarkanku –namun telah lama
pula kutinggalkan perputaran nadinya.
Ada apa di Jogja? Tempat mana yang menarik di kota
berhati nyaman ini? Blank! Tidak ada
inisiatif apapun saat aku kembali. Tragis? Tapi memang seperti itu kenyataan
yang terjadi.
Kini telah tepat satu tahun semenjak kutinggalkan ibukota
pada medio tahun lalu. Lantas kusadari bahwa rumah orangtuaku hanya sekedar
tempat persinggahan untuk menutup mata sesaat. Aku menemui banyak orang,
menghadiri beragam acara, terjun dalam aktivitas kota.
“Terima kasih terhatur kepada semua yang telah, pernah,
ataupun sedang bersinggungan dengan hidupku. Tidak akan ada sosok aku yang
sekarang apabila tidak ada kemarin, kemarin, dan kemarin. Aku tidak akan pernah
berada pada titik ini tanpa kalian semua.”
Dari secuil kota ini aku melihat dunia kembali. Aku pun
belajar turut membumi dengan kota ini yang di dalamnya ada kalian. Dari Jogja
aku melihat kamu yang ternyata kawan temanku, kamu yang ternyata dari kota ini
dan aku pernah di sana, kamu yang ternyata juga ikut komunitas ini, kamu yang
ternyata sering jogging di sana juga,
kamu yang ternyata sahabat si anu, kamu yang ternyata sekampus denganku, kamu
yang ternyata adik kelasku di bangku SMP, kamu yang ternyata adik kelasku di
bangku SMA, kamu yang ternyata kakak kelasku, juga kamu yang ternyata lain-lain
tapi begitu dekat. Semuanya membuat kota ini begitu sempit.
Dari secuil kota ini aku melihat dunia kembali. Kalian
yang belum pernah bertemu denganku tetapi tergabung dalam forum yang sama.
Kalian yang berduyun-duyun menyambangi Jogja lantas membagikan cerita dari
pulau seberang atau kota sebelah. Kalian yang membuat kawanku bertukas, “Kamu
suka sekali menemui orang yang sama sekali kamu belum pernah bertemu dengannya
sebelumnya.” Ya, kami memang belum pernah bertemu tetapi kami saling mengenal
di dalam forum ini dan itu.
Hingga langit melihat bahwa kita menghabisi malam di
angkringan langganan atau menukar kabar di selasar museum. Atau sekedar reuni
mini pada perayaan seni di Taman Budaya.
Hingga matahari bersaksi bahwa mendadak kamu yang kutahu
tinggal di Bali, tiba-tiba pagi itu berdiri di depanku saat aku berjalan diantara
kerumunan massa. Atau kamu yang tak terduga tiba-tiba meneriakkan namaku hingga
aku membelalakkan mata karena tertakdir bertemu denganmu lagi.
Hingga aku tahu ada alasan terbesar, mengapa Allah memanggilku
kembali ke kota ini.
sukaaaaaaa... ^^
BalasHapus