Pada surat yang belum terkirim itu, saya
menuliskan kepadanya, bahwa begitu banyak hal yang telah jarang saya lakukan
bahkan tidak pernah lagi. Menulis blog salah satunya. Juga membalas suratnya
yang tertanggal 17 Mei 2015. Saya menolak dikatakan sibuk karena nyatanya masih
ada waktu luang. Saat pulang ke rumah beberapa bulan yang lalu, saya pun urung
mengemas yarns untuk chrocheting dan knitting yang belum tuntas saya pelajari, saya juga batal membawa
lembaran kertas daur ulang beserta beberapa kertas lain. Beberapa hal telah
luput. Banyak hal telah terlupakan, lupa bagaimana cara memulainya kembali.
Hutang kepada diri sendiri, sementara waktu
terus saja berlalu. Saya lebih suka mengistilahkannya begitu. Tidak sekedar
tidak punya waktu saat ingin melakukan sesuatu. Lebih dari itu, kemauan dan
sugesti untuk mampu. Kita adalah apa yang kita pikirkan. Mampu pun belum cukup
jika tidak mau.
Tempo hari, saya dan kawan kuliah sepakat
ingin memulai project baru yang
bermula dari kesukaan kami semasa kuliah: bermain kata. Mencerna situasi,
memadu padankan kata, lalu meliukkan diksi. Saat itu, di laman media sosial,
kami kerap saling berbalas kalimat “ritmis”. Namun saya masih saja gagu setelah
memutuskan “meninggalkan dunia itu”. Simpanan kosakata telah hilang nyaris tak
berbekas. Karenanya pilihan menginstal aplikasi KBBI Offline pun saya tempuh
demi mengembalikan tabungan kata. Malu rasanya kepada diri saya sendiri di masa
produktif (meski) dengan banyak batu sandungan. Puisi-puisi yang sempat
terselip pada dua seri novel seakan bukan milik saya lagi.
Sekian bulan yang lalu saya pun digandeng teman-teman lama untuk berkolaborasi menulis. Ide sudah ada, namun eksekusi tak kunjung mulai. Jarak yang membentang di antara kami rasanya tidak menjadi masalah berarti. Titik tolak lah yang masih buntu dan belum menemukan jalan keluar. Lalu? Ya, mandeg. Rekam jejak diri sendiri selayaknya dipertahankan apapun batu yang ditemui saat perjalanan. Jejak itu menentukan posisi diri kini dan selanjutnya. Dan sesal selalu datang di belakang.
Saatnya bangkit!
suara angin malam liris menyisipmengirimkan bait senandung lirih
menubuatkan rasa atas cahaya esokseraya membisikkan: terima kasih aksara
Selamat menyambut awal pekan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar