Minggu, 08 Juni 2014

Alasan(Mu)

Kita sama-sama tahu bahwa bumi ini berputar sirkular, layaknya roda yang sedang dikayuh. Dan seperti itu pula nyatanya sebuah kehidupan. Terlahir di Yogyakarta, lalu mengarungi hidup di beberapa kota di Pulau Jawa –Solo, Bogor, Tangerang, Jakarta. Lakon pun tidak akan pernah tertebak. Hingga tiba saatnya aku kembali ke kota yang telah membesarkanku –namun telah lama pula kutinggalkan perputaran nadinya.

Ada apa di Jogja? Tempat mana yang menarik di kota berhati nyaman ini? Blank! Tidak ada inisiatif apapun saat aku kembali. Tragis? Tapi memang seperti itu kenyataan yang terjadi.

Kini telah tepat satu tahun semenjak kutinggalkan ibukota pada medio tahun lalu. Lantas kusadari bahwa rumah orangtuaku hanya sekedar tempat persinggahan untuk menutup mata sesaat. Aku menemui banyak orang, menghadiri beragam acara, terjun dalam aktivitas kota.

“Terima kasih terhatur kepada semua yang telah, pernah, ataupun sedang bersinggungan dengan hidupku. Tidak akan ada sosok aku yang sekarang apabila tidak ada kemarin, kemarin, dan kemarin. Aku tidak akan pernah berada pada titik ini tanpa kalian semua.”

Dari secuil kota ini aku melihat dunia kembali. Aku pun belajar turut membumi dengan kota ini yang di dalamnya ada kalian. Dari Jogja aku melihat kamu yang ternyata kawan temanku, kamu yang ternyata dari kota ini dan aku pernah di sana, kamu yang ternyata juga ikut komunitas ini, kamu yang ternyata sering jogging di sana juga, kamu yang ternyata sahabat si anu, kamu yang ternyata sekampus denganku, kamu yang ternyata adik kelasku di bangku SMP, kamu yang ternyata adik kelasku di bangku SMA, kamu yang ternyata kakak kelasku, juga kamu yang ternyata lain-lain tapi begitu dekat. Semuanya membuat kota ini begitu sempit.

Dari secuil kota ini aku melihat dunia kembali. Kalian yang belum pernah bertemu denganku tetapi tergabung dalam forum yang sama. Kalian yang berduyun-duyun menyambangi Jogja lantas membagikan cerita dari pulau seberang atau kota sebelah. Kalian yang membuat kawanku bertukas, “Kamu suka sekali menemui orang yang sama sekali kamu belum pernah bertemu dengannya sebelumnya.” Ya, kami memang belum pernah bertemu tetapi kami saling mengenal di dalam forum ini dan itu.

Hingga langit melihat bahwa kita menghabisi malam di angkringan langganan atau menukar kabar di selasar museum. Atau sekedar reuni mini pada perayaan seni di Taman Budaya.

Hingga matahari bersaksi bahwa mendadak kamu yang kutahu tinggal di Bali, tiba-tiba pagi itu berdiri di depanku saat aku berjalan diantara kerumunan massa. Atau kamu yang tak terduga tiba-tiba meneriakkan namaku hingga aku membelalakkan mata karena tertakdir bertemu denganmu lagi.

Hingga aku tahu ada alasan terbesar, mengapa Allah memanggilku kembali ke kota ini.

1 komentar: