Minggu, 04 Oktober 2015

Waktu


Pada surat yang belum terkirim itu, saya menuliskan kepadanya, bahwa begitu banyak hal yang telah jarang saya lakukan bahkan tidak pernah lagi. Menulis blog salah satunya. Juga membalas suratnya yang tertanggal 17 Mei 2015. Saya menolak dikatakan sibuk karena nyatanya masih ada waktu luang. Saat pulang ke rumah beberapa bulan yang lalu, saya pun urung mengemas yarns untuk chrocheting dan knitting yang belum tuntas saya pelajari, saya juga batal membawa lembaran kertas daur ulang beserta beberapa kertas lain. Beberapa hal telah luput. Banyak hal telah terlupakan, lupa bagaimana cara memulainya kembali.

Hutang kepada diri sendiri, sementara waktu terus saja berlalu. Saya lebih suka mengistilahkannya begitu. Tidak sekedar tidak punya waktu saat ingin melakukan sesuatu. Lebih dari itu, kemauan dan sugesti untuk mampu. Kita adalah apa yang kita pikirkan. Mampu pun belum cukup jika tidak mau.

Tempo hari, saya dan kawan kuliah sepakat ingin memulai project baru yang bermula dari kesukaan kami semasa kuliah: bermain kata. Mencerna situasi, memadu padankan kata, lalu meliukkan diksi. Saat itu, di laman media sosial, kami kerap saling berbalas kalimat “ritmis”. Namun saya masih saja gagu setelah memutuskan “meninggalkan dunia itu”. Simpanan kosakata telah hilang nyaris tak berbekas. Karenanya pilihan menginstal aplikasi KBBI Offline pun saya tempuh demi mengembalikan tabungan kata. Malu rasanya kepada diri saya sendiri di masa produktif (meski) dengan banyak batu sandungan. Puisi-puisi yang sempat terselip pada dua seri novel seakan bukan milik saya lagi.

Sekian bulan yang lalu saya pun digandeng teman-teman lama untuk berkolaborasi menulis. Ide sudah ada, namun eksekusi tak kunjung mulai. Jarak yang membentang di antara kami rasanya tidak menjadi masalah berarti. Titik tolak lah yang masih buntu dan belum menemukan jalan keluar. Lalu? Ya, mandeg. Rekam jejak diri sendiri selayaknya dipertahankan apapun batu yang ditemui saat perjalanan. Jejak itu menentukan posisi diri kini dan selanjutnya. Dan sesal selalu datang di belakang.

Saatnya bangkit!
suara angin malam liris menyisipmengirimkan bait senandung lirih
menubuatkan rasa atas cahaya esokseraya membisikkan: terima kasih aksara 

Selamat menyambut awal pekan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar