Cheaper Cheaper. |
“Di mana latar foto itu?”
Pertanyaan tersebut akhirnya mengantarkan saya bertemu
Dhilla di Roti Papi yang di dalamnya juga terdapat And/Or Bookstore. Awal mula
ketertarikan saya dengan Roti Papi dan And/Or Bookstore adalah saat melihat
potret Dhilla bersama teman bulenya dari Jerman. Dalam gambar terlihat mereka
berpose dengan latar belakang deretan buku dan dinding berpola kurva yang
terlihat seperti dinding bekas kamar yang dibobol tanpa dirapikan –sehingga terlihat
sedikit susunan batu batanya. Menarik. Dan estetis.
Ketika sampai di pelataran bangunan mungil itu, saya
sudah terpukau dengan elemen secondary
skin-nya berupa tatanan kayu yang bertempelkan tulisan “Cheaper Cheaper”.
Beberapa pemuda paruh baya tampak asyik mengobrol di bangku tepat dekat pintu
masuk. Pemandangan yang menarik saya untuk segera turut serta ke dalamnya.
Pintu gesernya tertutup, sepertinya bertujuan agar polusi udara dari luar tidak
masuk ke dalam ruangan. Di meja lain terlihat beberapa orang asing saling
mengobrol. Bahasa “alien” mendengung.
Sebenarnya tidak perlu heran menjumpai orang-orang yang
berasal dari luar nusantara di Roti Papi dan And/Or Bookstore. Kafe itu memang
menjadi tempat nongkrong foreigners
yang sedang bertandang keYogyakarta. Apalagi And/Or Bookstore di lantai atas
begitu cozy dan menyajikan beragam
buku second hand berbahasa Inggris (yang
kebanyakan novel). Buku-buku tersebut tidak sekedar bisa dibaca di tempat
tetapi pengunjung dapat membelinya dan melanjutkan membaca di rumah.
Cozy sekali. |
Di tangga menuju lantai atas saya kembali bertemu dengan
pintu geser kaca berbingkai kayu. Saya pikir kali ini berfungsi untuk membatasi
smoking area di lantai bawah dengan no smoking area di lantai atasnya.
Begitu menginjakkan kaki di lantai dua, saya takjub. Rak buku berbentuk kotak
bertumpuk-tumpuk hampir menyentuh langit-langit. Sementara di sebelahnya
berdiri rak yang terbuat dari susunan besi membentuk tiga huruf: N; O; R. Nama
tengah saya? Berada di antara kedua rak, membujur rak dengan bentuk seperti
papan yang disilang-silangkan. Lalu berdekatan dengan itu semua, terhampar
karpet dengan bantal serta sofa yang sangat menggoda. Inilah surga bagi para
penggemar dan kolektor buku.
Saya dan Dhilla memilih bangku di bawah rak gantung mungil yang terbuat dari pipa besi bekas. Di belakang saya duduk dua orang asing yang tengah bercakap dengan laki-laki yang bersantai di karpet. Di sofa, duduk bermalasan tiga remaja yang membaca buku sambil sesekali mengobrol dengan kawan di sebelahnya. Betapa menginspirasi sekali tempat ini bagi saya. Saya menginginkan ini semua. Perpaduan rak dan buku, sofa dan karpet, serta bantal nan empuk. Tidak hanya itu, penggunaan material daur ulang dalam banyak elemen dekorasi interior maupun eksterio benar-benar terasa rustic. Saya jatuh cinta. Merasa seperti di Finlandia atau Norwegia.
Seorang pelayan menyodorkan papan pesanan. Ya, papan. Tidak seperti kebanyakan kedai yang menyediakan kertas untuk menulis pesanan, Roti Papi justru menyediakan papan bening dari plastik yang dapat dipakai berulang kali. Kami cukup menuliskan pesanan dengan board marker, pelayan menyajikan, lantas setelah kami pulang catatan pesanan kami dihapus dan diserahkan kepada pengunjung lain. Begitu seterusnya. Hemat kertas bukan?
Saya memilih Chicken Kapsalon, sedangkan Dhilla ingin mencicipi Patatje. Dan untuk minum kami sama-sama memesan Hot Orange. Sementara pelayan menyiapkan pesanan kami, saya dan Dhilla mulai menjajari rak demi rak. Saya menemukan buku karangan Enid Blyton, pengarang favorit semasa saya beranjak remaja, yang berjudul “Naughty Amelia Jane!” Tetapi kemudian buku yang telah kami pilih itu hanya mampir di tangan yang sejenak membolak-balik lembar demi lembar tanpa gambar. Kami lebih tertarik berbincang mengenai Indonesia, Jerman, Eropa, orang asing, dan teman-teman bule kami. Perbincangan ini nanti akan coba saya tulis di posting berikutnya.
Tepat pada waktu yang kami inginkan, sajian pesanan tiba. Lidah pun berdecak. Sayuran berbaur mayonaise tersebar di atas french fries. Daging ayam cincang yang telah diolah sedemikian rupa bertaburan di permukaannya bersama keju parut. Itulah Kapsalon, pesanan saya. Patatje, pesanan Dhilla, berwujud sepiring kentang goreng yang dapat dicocol saus tomat dan mayonaise. Yummy! Saatnya menyantap.
Dua jam berada di Roti Papi dan And/Or Bookstore bersama
Dhilla menjadi waktu yang berharga. Tidak sekedar hanging out atau mengobrol
tanpa konten, saya dapat memandang jauh ke luar bersamanya. Melebarkan jendela
mata untuk melihat luasnya dunia.
Kita memandang dunia dari sini. |
Hingga tiba di meja kasir, mengangsurkan lembaran uang.
Dan tidak mendapat struk pembayaran. Sungguh penghematan luar biasa untuk hal
kecil yang seringkali memang tidak diperlukan. Ya, kita jarang sekali (mungkin
hampir tidak pernah) menyimpan rapi struk pembayaran bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar