Minggu, 18 April 2010

Untuk Sahabat-Sahabatku part.1



Setiap orang berhak atas kata sahabat.

*)untuk sahabat-sahabatku yang terperangkap dalam janji GG

Asa, aku merindukan sahabat-sahabatku.
Mereka yang telah menggoreskan tinta-tinta di lembar-lembar
catatan harianku.

***

Aku dan kau pernah bersama, sahabat.
Kita pernah menguntai cerita pada diamnya bangku-bangku
di gedung tua itu.
Pada lorong-lorong gelapnya kita bawakan lilin
yang menerangi meski sedikit
karena hanya itu yang kita baru bisa lakukan
Aku puas menatap wajahmu dalam keremangan itu.

Tapi seiring langkah yang seia sekata.
Aku tak mau lagi sekedar menatap wajahmu dalam remang.
Sepasang mata bolaku menginginkan lebih.
Aku tak puas!
Aku ingin menggenggam tanganmu.
Aku ingin merangkul pundakmu.
Aku ingin kita selalu bersama.
Membagi tawa dan tangis sama rata.
Karena kita telah mengikrarkan diri menjadi: SAHABAT

Sahabat untuk selamanya.
Tak peduli aral yang melintang.
Tapi kita bisa apa?
Kita hanya manusia yang menghambakan diri pada Sang Pencipta
yang telah berbaik hati mempertemukan kita

Lalu...
Tiga tahun berlalu.
Bola-bola waktu bergulir.
Mengalirkan mimpi dan cita-cita kita masing-masing
pada muara-muara yang berbeda.
Kita melewati sungai yang berbeda.
Tapi kita tetap satu tujuan bukan?
Menuju laut.

Di sana kelak kita kan bertemu lagi, sahabat.
Semoga.
Pada dunia yang lebih nyata.
Masih ingatkah kau tentang apotik dan sekolah yang bertenaga nuklir?
Apakah denyut kata itu masih ada?
Kita akan bersama berjuang untuk lebih dari itu.
Kita masih akan saling menguatkan.
Kita tetap masih ada karena kita ada.

Kuurai lagi memori-memori tentang kita.
Senandung-senandung berwarna Ungu milik sang Radja pada Tujuh Sela
Atasan putih abu-abu dengan sepatu pantovel
Kita berjalan bangga, tapi tak perlu busungkan dada.

Pada rumus-rumus parabola dan integral
aku telah lupa itu
Pada anatomi tubuh dan spesies-spesies
aku telah mengingatnya di luar benak
Pada ramuan-ramuan asam klorida
aku tak lagi menemui mereka
Tapi pada kata kita
(Inginku) aku akan selalu ada

Sahabat,
Terima kasih untuk enam tahun yang telah kita jalani
Tiga tahun kebersamaan itu telah membawa kita
berpisah waktu dan jarak selama tiga tahun pula
Di selanya kita masih sempat berjabat tangan meski sedetik.
Bahagiaku masih ada hingga kini.

Sahabat,
Terima kasih untuk semua kata yang telah kau ajarkan kepadaku.
Tentang makna sahabat, teman, keluarga.
Tentang hakikat hidup dan perjuangan.
Tentang arti cinta dan kasih sayang.

Terima kasih dan maaf untuk segalanya.

Padang hijau itu masih menanti kita.

Hari itu akan segera tiba.
Dan mungkin kita tak akan bertemu lagi.
Tapi hati-hati kita masih tetap bergenggaman erat bukan?

Solo, 22 Maret 2010
betapa indahnya ukhuwah ini
novelnya masih di ujung jalan,
cerpennya masih di setengah perjalanan,
dan hanya kata ini yang kini mampu kupersembahkan. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar