Senin, 14 Mei 2012

Dolanan

Embun masih menempel di muka dedaunan ketika ia kembali duduk di bangku di beranda rumah itu. Keciap burung pun sesekali terdengar bersahut-sahutan, bergantian dengan deru kendaraan yang satu per satu mulai berlalu lalang di jalanan kampung. Ia pun mulai menyeruput seteguk capuccinno di cangkir cokelatnya. 

}--{

Bola karet kecil yang terpantul berirama mengetuk lantai semen yang sudah sangat licin mengkilap karena terlalu sering bergesekan dengan kaki. Empat biji kuningan yang dibentuk sedemikian rupa pun seirama menjatuh pelan di lantai. Dalam setahap biji-biji itu akan berubah posisi dalam berbagai "pose". Duduk, berbaring ke kiri, berbaring ke kanan, tengkurap. Ada istilah-istilah untuk berbagai "pose" itu, teman-temannya pernah memberitahunya. Tetapi sekali lagi ia lupa.

Siang hari sepulang sekolah adalah jadwalnya bermain. Bermain bersama teman-teman sekampungnya yang cuma satu, dua, tiga. Ya, tiga orang. Ia tak punya banyak boneka. Hanya satu boneka Hello Kitty, dua kelinci, dan dua anjing kecil. Ia juga punya balok susun pemberian pamannya dari kota. Tetapi mereka jarang sekali memainkan mainan itu. Mereka lebih asyik bermain bekel yang bolanya telah direndam minyak tanah semalaman --agar lebih besar diameternya. Atau mengumpulkan kerikil-kerikil kecil untuk bermain gatheng yang sedikit mirip dengan bekel

Sesekali mereka akan pergi ke pekarangan tetangga yang memiliki halaman yang tidak ditanami pohon. Mereka akan mengayunkan ranting untuk menggambar kotak bersusun seperti tanda plus dengan salah satu susunan lebih panjang. Terkadang kepala pola susunan itu akan mereka ubah setengah lingkaran. Dan pecahan genteng pun siap dilemparkan ke kotak terbawah hingga teratas. "Yes, masuk!" teriaknya. Ia segera menggantung salah satu kakinya lalu melompat dengan kaki satunya lagi untuk mengambil pecahan genteng. Siapa cepat mencapai tahap lemparan ke kotak terjauh, ialah yang menang.

Bosan bermain ingkling, mereka akan menghapus pola itu menyulap menjadi angka delapan atau kotak gobag sodor. Sayang, untuk bermain gobag sodor kotak mereka kekurangan pemain. Jadilah mereka bermain gobag sodor delapan. Riuh sekali suasana menjelang sore itu. Apalagi setelah anak-anak lelaki pun turut bermain di "lapangan" itu. Anak-anak lelaki itu memainkan permainan yang cukup aneh, pikirnya selalu. Mereka bermain dengan batu, bukan kerikil. Batu yang salah satu sisinya agak datar itu ditaruh di atas jari-jari kaki hingga mata kaki. Lalu dengan sekali ayunan, batu itu dilempar untuk meruntuhkan susunan pecahan genteng di ujung sana. Jauuuuhh.... Tak jarang teman-temannya pun akan turut serta dalam permainan lelaki itu. Kalau sudah begitu, ia hanya akan duduk-duduk saja menonton jalannya permainan. Ia tak cukup nyali.

Bila teman-temannya sedang absen bermain, ia akan bermain dengan kakak, tetangga sebelahnya. Mereka akan pergi ke belakang rumah yang mirip dengan tebing kecil, di bawah mengalir air di kali yang juga kecil. Di tanah itu mereka menggali lubang-lubang kecil secara berjajar di bawah rumpunan pohon bambu. Tanah yang telah mengeras karena terikat akar-akar pohon bambu itu menjadi tantangan tersendiri. Lalu kerikil-kerikil di dasar sungai dikumpulkan. "Tarraaaa.... Inilah dakon sederhana kami," katanya dalam hati kepada dunia. Meski sederhana, sangat sederhana, tapi ia terlihat sangat bahagia. Ternyata kesederhanaan juga dapat berbanding lurus dengan kebahagiaan.

}--{

Sepotong brownies turut menemani paginya hari itu. Sambil masih terus mengenang masa kecilnya yang telah tertinggal jauh di belakang. Kini semua pun telah berubah. Tiada lagi pantulan bola karet dengan gericikan biji-biji kuningan atau tumbukan kerikil-kerikil yang sengaja disebar di lantai. Keriuhan di lapangan pun telah lenyap. Senyap. Anak-anak kecil tengah bersembunyi karena telah disembunyikan dunia. Mereka sedang menikmati produk modern tanpa pernah mengenal proses kreatif dan kebersamaan dalam permainan tradisional. Ia hanya bisa menghela nafas...

4 komentar:

  1. jadi inget mainanku dulu: kempyeng, bendan, bekel, pasar-pasaran, masak-masakan, dakon... hehe what a playful moment!

    BalasHapus
    Balasan
    1. kempyeng ki apa, rek? aku taunya ampyang..hoho. ah yaa, pasar-pasaran, masak-masakan, ye-ye, jamuran, cublak2 suweng, belum tertulis..:)

      Hapus
    2. hihihi, itu...anu...kempyeng itu yg pake tutup botol, mungkin beda nama kali ya.

      Hapus
    3. haduh pake tutup botol? kecrekan ning prapatan dalan kae? :P

      Hapus