Jumat, 19 Oktober 2012

When The Rain Falls ...

di luar hujan
To-do-list sudah di tangan. Tas sudah di bahu. Tubuh siap melangkah keluar. Firasat tentang awan kelam yang menggantung kemudian menjadi nyata. Gerimis merintik, perlahan menderas menjadi hujan. Just take a deep breath...

Gadget kembali dibuka. Mengirim pesan singkat untuk alternatif eksekusi perjanjian semula. Email melayang, menjadi duta di saat darurat. To-do-list kembali diutak-atik.
Hujan seakan menjadi dua sisi mata uang bagi saya. Di satu sisi, saya begitu menyukainya. Tetesan air dari langit yang membentuk pola-pola vertikal; "nada-nada" yang air yang menghentak beragam benda yang ditumbuknya; udara yang sangat sejuk, pun terkadang sedikit dingin; dan tentu saja aroma tanah yang begitu khas. Komposisi yang apik! Lalu saya terkadang akan mencoba memadukan kembali komposisi itu dengan beragam koleksi musik instrumental, menyisir dapur demi secangkir kopi atau teh, dan sepotong cokelat atau brownies (opsional). :)

Namun jika menilik kembali situasi seperti di atas, saya akan sedikit kecewa dengan hujan. Ia tidak datang di saat yang tepat. Rencana-rencana saya yang telah tersusun, seketika menjadi sedikit berantakan (jika tak ingin dibilang amburadul). Diundur, dibatalkan, atau mengeksekusi plan B adalah pilihan-pilihan yang tersodor.
Bagaimanapun juga hujan tidak akan pernah bisa disalahkan. Mungkin ia hanya  sekedar ingin mengajarkan pesan kebijakan kepada manusia?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar