Sabtu, 06 Oktober 2012

Delisa

here
Hidup ini sederhana sekali. Tinggal dijalani sebaik-baiknya, banyak-banyak bersyukur. Maka semoga kita selalu bahagia dengan apa yang kita miliki.
--Darwis Tere Liye
Delisa, gadis kecil yang tinggal bersama ibu yang dipanggilnya Ummi serta ketiga kakak perempuannya. Keriangannya, keluguan khas anak kecil, tetap bersemi meski harus kehilangan orang-orang terdekat yang begitu dicintainya karena hempasan tsunami. Kisah yang termuat dalam film bergenre religi, Hafalan Shalat Delisa, ini mengangkat kehidupan masyarakat pantai di tepian Aceh , Lhok Nga, berdasarkan novel karya Tere Liye. Meski sudah terbilang lama muncul di layar bioskop, rangkaian adegannya tetap menarik untuk disimak. Setidaknya bagiku yang baru kali ini mengikuti alur kisahnya secara utuh.

Chantiq Schagerl, pemeran tokoh Delisa, membawakan karakter bagiannya dengan apik nan menggemaskan. Pertanyaan-pertanyaan polos yang tiba-tiba membuat hati terhunjam. Pertanyaan dan pernyataan yang sering terlepas dari pikiran manusia dewasa. Benar kata orang kebanyakan, kadang kita yang lebih dewasa patut belajar dari anak kecil. Kebaikan hati seorang anak ketika bersedia berbagi bahkan ketika seharusnya ia merasa begitu kehilangan. Tak hanya kehilangan ibu dan ketiga kakak perempuannya, namun juga kehilangan sebelah kakinya. 

Sosok bocah yang begitu tegar diterpa ujian kehidupan yang begitu besar. Ada tangis sesaat namun kuntum-kuntum senyumnya lebih banyak tampak. Jiwa yang mudah bergaul dan beradaptasi sekalipun dengan orang asing, relawan-relawan yang merawatnya selepas tsunami. Perbedaan bahasa bukan penghalang untuk tetap saling mengerti dan memahami. Delisa, kisah kecil yang memburaikan beberapa butir kristal bening...

Delisa cinta Ummi karena Allah...
Delisa cinta Abi karena Allah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar