Minggu, 27 April 2014

Epic Coffee, Kedai Kopi Bergaya Eco

Selamat sore!

Sore (19/04), saya berjanji untuk bertemu dengan kawan lama yang sejatinya belum pernah berjumpa sama sekali. Saya memilih Epic Coffee di ruas Jalan Palagan Tentara Pelajar, Yogyakarta dengan alasan sebab terlampau penasaran, berulang kali melalui jalan tersebut namun tak juga meluangkan untuk singgah. Halamannya yang luas dan berselimut rumputlah pembeda utama dari kebanyakan coffee-shop yang pernah saya kunjungi.

Begitu memasuki pintunya yang terbuka lebar, seorang perempuan langsung menyambut dan membantu memilih tempat duduk. Saya memilih meja di beranda samping. Lima tangkai bunga chryssanteum di dalam vas sederharna berwarna putih telah menyambut dari atas meja yang saya pilih. Di sebelahnya tersanding table-tag bertuliskan “Our Story, Urban Casual Vibe” beserta catatan lini-lini sosial media Epic Coffee.

Sejuk dan lapang.
Sembari menunggu kawan saya datang, saya pun meruang. Menikmati ruang, mengamati dan memotret. Sulur dedaunan hijau menjulur-julur dari tepian teritisan beranda, sementara di atas rerumputan yang terbuka beberapa bangku tanpa finishing masih tak berpenghuni. Sejuk dan lapang. Kata itu menjadi ungkapan pikiran saya untuk mendeskripsikan perasaan saya terhadap area samping Epic Coffee. Luasnya lahan Epic Coffee masih menyisakan separuh lebih ruang hijau. Desain yang elegan bagi saya pribadi. Ingin rasanya dapat mengadakan pesta di tempat seperti itu.

Less is more?

Setelahnya, saya melongok ke ruang dalam. Begitu sederhana peruangannya. Tak banyak ruang masif terbentuk. Benar-benar terasa lapang dan luas. Diantara meja-meja, terdapat beberapa perabot berlabel merah yang memang dijual.Struktur baja pada atapnya pun diekspos begitu saja, mengingatkan saya pada istilah arsitektur yang jujur, apa adanya, polos. Memang seringkali pada hal-hal yang sederhana justru terdapat sesuatu yang bernilai estetis.

Sampul menu bermaterial metal.

Food menu.

Kembali metal.
“Mbak, sudah menunya?” terdengar suara yang memecah keheningan.

Saya tersadar. Bahkan saya belum benar-benar membaca menunya. Daftar menu tersebut tersampul dengan material metal sehingga terkesan begitu eksklusif. Saya pun membaca larik demi larik serta membolak-balik lembar-lembarnya. Pilihan saya akan tertuju pada Ginger Cofee Latte dan Churos!

Ginger Coffee Latte

Churos.

1 komentar:

  1. Rof, bsk kl qt berempat kumpul2 ke tempat ini dunk...aq pingin. Kayake tempatnya nyaman buat ngobrol2. Hahahaha....

    BalasHapus