Minggu, 19 Februari 2012

Petrichor dan Aksara

http://tardis.wikia.com/wiki/Petrichor
Rintik hujan baru saja mengecup keringnya muka tanah… Harum basah tanah mulai merebak.

Entah mengapa lalu saya begitu rindu dengan suasana di depan kamar kos kala tahun terakhir kuliah, kos kedua –dari tiga rumah kos yang pernah saya huni. Kamar itu begitu terasa syahdu kala hujan mengguyur. Terletak di lantai bawah dan tepat di depan pintu kamar adalah innercourt –taman dalam. Tidak luas memang, tetapi saat tanah dan rerumputan tersentuh butiran air hujan, petrichor –aroma yang khas itu, akan segera mengudara, menyisipi rongga pernapasan.

Kamar itulah yang saat itu menerbitkan begitu banyak inspirasi untuk memainkan aksara dan kata-kata. Sepetak ruang yang meruahkan suka dan duka dalam dunia literasi. Kotak massa tak pejal yang menjadi liang persembunyian, sarang kesunyian. Tidak akan saya lupa air mata haru yang pernah saya dapat kala itu atas nuansa-nuansa bahagia. Ketika saya menemukan secercah apresiasi atas karya-karya yang pernah terpublikasi.
tuangan air hujan yang tak kunjung usai. akan kau tabur bubuk apa lagi dalam cangkir-cangkirnya? gundah, resah, gelisah? mengasah lelah yang hendak mengisah."
30 November 2010
 "air hujan dan bubuk keraguan semakin mengental teraduk pada cangkir kepercayaan.”
30 November 2010
hujan akhir masa. mari kita tuang pada secangkir kebahagiaan dengan taburan bubuk manis kehangatan dan sesendok semangat tak bertuan.”
01 Desember 2010
Potongan kata-kata yang teruntai tersebut adalah kepingan memori saya di kamar kos itu kala hujan. Ya, saya begitu menyukai hujan dan saat itu kata “hujan” sering melompat keluar dari benak saya dan meluncur menghiasi status jejaring sosial Facebook pertama saya (yang kini sudah tidak aktif). Celotehan kata-kata yang saya publish di status Facebook kala itu memang cenderung konotatif, tidak lugas. Dapat pula dikata lebay seperti istilah zaman masa kini. Atau konon disebut puitis, nyastra jika dilihat dari perspektif sastra.

Namun kamar itu pula yang pernah menjatuhkan semangat saya untuk senantiasa menggoreskan tinta. Seakan jalan ini adalah jalan yang membuat jati diri ini hanyalah tipuan semata. Titik kelumpuhan menulis mengakhiri kisah di ruang bersejarah itu. Tidak jua pudar memori-memori yang membiaskan duka dan air mata. Akun Facebook lalu saya tutup dan saya vakum dari dunia itu selama satu tahun sebelum akhirnya pelan-pelan membangun blog ini. Dan setengah tahun yang lalu kemudian membuat akun Facebook baru walau saya jarang sekali posting di sana.

Tetapi sekuat apapun saya menjauhi dunia ini, bahkan naskah-naskah dari jaman sekolah menengah atas sekarang telah entah saya buang kemana. Nyatanya saya tetap tidak bisa meninggalkan dunia yang telah melekatkan berbagai kenangan dalam cerita hidup saya. Ketika membuka buku yang di belakangnya tercantum nama saya, ada perasaan terhanyut bahwa saya pernah menghasilkan karya. Ketika memainkan lembaran-lembaran buku yang mana ada beberapa karya saya di dalamnya, ada rindu yang menyentak. Tidak seharusnya saya goyah jika saya benar-benar menikmati dunia ini.

Persinggahan itu hanyalah sepotong cerita yang pernah menguntai kisah hidup saya. Persimpangan di kompleks universitas kehidupan yang telah mengajarkan berupa-rupa ilmu dan pengalaman. Titik fluktuatif yang ternyata sarat makna. Dan kini saya sudah singgah di rumah yang lain, yang akan kembali mengajarkan selaksa ilmu tentang pesona kehidupan.

Terima kasih kepada orang-orang yang tanpa sadar telah mengokohkan kembali pondasi semangat saya.

Dum spiro, spero. Selagi saya bernafas, saya tidak akan berputus asa.

di luar mendung kembali menggelayut... sebentar lagi hujan deras akan turun. :)

8 komentar:

  1. mari semangat berkarya...:)

    waw..mendapatkan istilah baru nih "petrichor"
    bener2 baru denger..

    mengingat status lebay, kadang itu muncul untuk bisa dipahami oleh diri sendiri bukan untuk orang lain, kadang hanya pelampiasan diri untuk berkata tanpa tambahan kata dari pembaca...=)

    keep smile, whenever and wherever, love you my sister

    BalasHapus
  2. :)

    itu tadi googling dulu, pernah dapat istilah itu tapi lupa. :D

    yaap... itu yang aku maksud. kangen balas2an kata2 kayak gitu denganmu..;D

    thank you, siis :)

    BalasHapus
  3. haha..tinggal pasang aja.....nanti kita bersastra sendiri.,,xp

    BalasHapus
    Balasan
    1. kapan kapan yuk klo pas ketemuan di fb :D #ga tau kapan

      Hapus
  4. Ayo Rofida semangat menulis...
    Jadi inget jaman SMA dulu bukannya kamu mau ikut t**nl*t, btw wkt itu jd kamu kirimkan ga naskahnya? Hahahaha....

    BalasHapus
    Balasan
    1. :D

      aku ingatnya masih punya "utang" dgn kalian buat nulis sepenggal kisah ttg qt ahaaaiii... udah berapa tahun yaa, ga lunas2

      Hapus
    2. Hahahaa...makanya segeralah kamu lunasi hutang itu :)

      Hapus
    3. ikhlaskan saja lah pik.. ;D #cari aman

      Hapus