Jumat, 29 Januari 2010

Ekspedisi Bandung: Untuk Seribu Langkah, Untuk Seribu Mimpi [part 6: Pecha Kucha, Gedung Merdeka Bandung + pasca Pecha Kucha]

Selepas dari PVJ, selepas isya’ kami bertolak ke Gedung Merdeka. Di sana sedang ada acara bernama Pecha Kucha. Pecha Kucha ya, bukan Pecah Kucah. Pecha Kucha, berasa aneh saat pertama kali mendengar nama itu. Entah dari mana asal katanya (belum nyari-red), yang pasti Pecha Kucha memberikan inspirasi-inspirasi yang bagus bagi saya. Kekreatifan orang-orang muda Bandung itu memang tiada duanya.
Irma Hariawang, anak astronomi yang mencoba meneliti Candi Borobudur dengan kaitan ilmu astronomi. Jhendra Adhinegara yang membuat paper quiling yang benar-benar ‘wah’. Fiky Satari dengan eksperimen asapnya, dan banyak lagi.
Pecha Kucha benar-benar membuka cakrawala. Bahwa hidup ini harus kreatif, hidup harus produktif, karena hidup ini mudah.
Belum usai Pecha Kucha, kami kembali ke penginapan karena hari sudah malam dan kami harus mempersiapkan diri untuk hari berikutnya. Dengan aroma kelaparan kami bertiga menuju kamar no 136. Namun kami tak bisa serta merta bertahan begitu saja di kamar itu. Kami, Rofida dan Tiara beserta kawan-kawan dari kamar lain putuskan untuk keluar, mencari sesuap nasi. Tinggallah Rahma di kamar.
Di sebuah rumah makan, kami memesan makanan. Tetapi saat membayar Tiara dan saya merasa ragu atas harga yang harus kami bayar. Bukan terlalu mahal, tetapi justru terlalu murah. Tak seperti di bannernya, itu yang ada di pikiran kami. Sudahlah, kami masih tetap bertanya-tanya hingga kemudan diyakinkan oleh teman-teman bahwa itu tidak salah.
Kenyang, kenyang, kenyang. Ngantuk, ngantuk, ngantuk.. Pulang, pulang, pulang. Jalanan sudah sepi, benar-benar sepi. Penginapan juga sudah tak seramai tadi.
“Tok! Tok! Tok!”
Tiada jawaban.
Tok! Tok! Tok!
Masih tiada jawaban.
Apakah Rahma sudah terlelap?
“Tiara, Tiara, kamu bisa narik tirainya sedikit ga? Biar aku bisa liat posisi Rahma...”
Beruntung di depan kamar ada kursi panjang yang bisa dijadikan pijakan. Tapi...
“Duh, ga bisa e... Ga nyampe...”
“Kamu coba. Aku tak misscall dia.”
Maka saya pun naik ke kursi dan Tiara memisscall.
“Tir, ambilin sandal dong...”
Dengan bantuan sandal, meski sedikit tak sopan dilihat, akhirnya bisa sedikit terbuka tirai itu. Benar saja, Rahma sudah terlelap. Tiara juga belum bisa membangunkan Rahma via misscall. Finally, penggedoran tetap dilanjutkan sampai akhirnya Rahma benar-benar terbangun. =D
This’s nice moment!
Malam terakhir di Bandung. Esok kami check out. Dan malamnya perjalanan pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar